PENGELOLAAN POTENSI SUMBERDAYA HUTAN BERBASIS MASYARAKAT
ArtikelHKm Sebagai Upaya Dalam Menahan Laju Degradasi Hutan
Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki berbagai manfaat baik langsung maupun tidak langsung. Sehingga hutan tdak saja berperan sebaga pemasok bahan baku (kayu) tetapi juga berperan sebagai sistem penyangga kehidupan (pengatur tata air dan penopang ekosistem pada umumya).Degradasi hutan untuk bebagai kepentingan sudah dirasakan masyarakat sejak lebih dua dekade terakhir. Akibat proses degradasi yang berjalan secara terus menerus menyebabkan lahan menjadi kritis sampai pada tingkat tidak lagi dapat diharapkan menghasilkan sesuatu produk untuk menopang keberlanjutan hidup masyarakat di sekitar hutan khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Masyarakat desa hutan sebagian besar merupakan masyarakat yang tergolong masih tertinggal dalam hal pengetahuan dan ketrampilan juga terutama dalam hal aksesnya untuk memperoleh iinformasi dan memanfaatkan peluang kemudahan-kemudahan yang tersedia bagi mereka. Secara historis, harus diakui bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar hutan merupakan komunitas yang seringkali " dicurigai" sebagai perusak hutan. padahal mereka biasanya memiliki tradisi yang kaya akan kearifan tradisional dalam memanfaatkan dan memelihara sumberdaya hutan namun kurang diketahui oleh masyarakat luas, Kondisi ini membuat peran masyarakat desa hutan sebagai pemelihara dan pelestari sumberdaya hutan kurang memperoleh pengakuan. Sedangkan Kebijakan pengelolaan hutan melalui pemberian ijin HPH ternyata tidak menjamin kelestarian hutan dan kurang menyentuh langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
Pelaksanaan pengelolaan hutan yang menitik beratkan pada pemanfaatan secara ekonomi dengan kebijakan yang sentralistik mengalamii kegagalan dan hal ini telah menyadarkan banyak pihak untuk tidak mengulangi kesalahan yang oleh karena itu upaya pengelolaan hutan saat ini dan dimasa datang mulai ke arah pemberdayaan masyarakat melalui proses partisipatif. Pada tataran kebijakan, perubahan mendasar telah dilakukan dengan disahkannya UU no. 41/1999 tentang Kehutanan. Yang pada penjelasan pasal 5 dan 7 memberiikan alternatif pengelolaan hutan untuk pemberdayaan masyarakat. Sedangkan pengembangan peran serta masyarakat diatur lebih lanjut pada pasal 68.
Organisasi masyarakat pendukung kegiatan kehutanan jumlahnya sudah banyak di desa. Namun organisasi kemasyarakatan tersebut belum disiapkan untuk mengelola sumberdaya hutan dalam jangka panjang. Organisasi yang ada biasanya beranggotakan petani-petani kecil dalam kelembagaan yang informal dengan kondisi yang tidak saja lemah dalam asset dan permodalan tetapi juga dalam penguasaan teknologi dan pemasaran produk, mesyarakat dijadikan obyek, wahana untuk mencapai tujuan pembangunan kehutanan. Dengan demikian dalam pengembangannya diperlukan dukungan modal, inovasi teknologi, bimbingan teknis dan manajerial serta jaminan pemasaran bagi produk yang dihasilkan serta dukungan peraturan dan fasilitasi oleh berbagai pihak sehingga masyarakat dapat menjadi subyek dari pembangunan itu sendiri.
Akibat adanya kondisi ini, maka diperlukannya alternatif pola dalam upaya menahan laju degradasi hutan tersebut. Salah satu pola yang memungkinkan diterapkan adalah Hutan Kemasyarakatan (HKm), di mana masyarakat turut serta dilibatkan untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Dengan HKm, masyarakat desa hutan menjadi mitra Pemerintah dalam menjaga, memelihara dan memanfaatkan sumber daya hutan secara lestari karena dengan adanya pengelolaan hutan yang berbasis masyarakat diharapkan mampu menciptakan lembaga masyarakat yang mandiri sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
CARA BUDIDAYA JABON
ArtikelJabon adalah tanaman yang tumbuh di wilayah Asia selatan hingga Papua Nugini. Tanaman Jabon Termasuk dalam famili Rubiaceae dengan spesies N. Cadamba (Nauclea Cadamba Roxb).Jabon termasuk tanaman yang cepat tumbuh dan berkayu keras dimana pada umur 3 tahun tingginya sudah mencapai 8 meter dengan rata-rata diameter sebesar 10 cm dan pada usia lima sampai enam tahun lingkar batangnya sudah bisa mencapai 150 cm dengan diameter 40-50 cm.
Seiring dengan kelangkaan dan meningkatnya kebutuhan akan kayu di Indonesia pada khususnya dan di dunia pada umumnya, maka diharapkan dengan adanya tanaman jabon kebutuhan akan pasokan kayupun dapat sedikit teratasi. Berikut kami akan menyampaikan cara untuk membudidayakan tanaman Jabon
1. Menyiapkan Media Semai
Siapkan media penyemaian yang steril menggunakan tanah halus yang telah diayak (tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1). Untuk media taburan bisa menggunakan media kotak atau polybag tanah.
2. Penjemuran dan Penaburan Benih/biji Jabon
Sebelum melakukan penaburan, sebaiknya biji jabon dijemur terlebih dahulu selama 1 sampai 2 jam. Media tanam harus disiram sampai jenuh kemudian biji jabon ditabur secara merata di atas media tersebut.
3. Menutup Media Semai
Setelah penaburan biji, maka media semai harus ditutup menggunakan plastik atau paranet untuk menjaga kelembapan dan terlindung dari sinar matahari langsung dan air hujan.
4. Pemeliharaan
Pada hari ke enam paranet dibuka separuh, kemudian melakukan penyiraman dengan semprotan halus supaya media menjadi lembab.
pada hari ke delapan sampai hari kesepuluh dilakukan pengecekan kembali untuk mengontrol kelembapan media. Meskipun belum merata, biasanya biji/benih jabon sudah mulai tumbuh pada hari ke dua belas sampai dengan hari ke empat belas. Setelah biji jabon mulai tumbuh sungkup dan paranet dibuka setiap pagi dan lakukan penyiraman untuk mencegah kekeringan serta penyemprotan fungisida dosis rendah agar benih cepat tumbuh dan tidak terkena jamur. Benih jabon sudah mulai berdaun agak lebar setelah berumur satu bulan ke atas.
Demikianlah artikel cara budidaya tanaman jabon yang dapat Kami sampaikan, semoga bermanfaat untuk kita semua.
CARA MENGATASI MASALAH DALAM PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT
ArtikelPengelolaan dan pengembangan hutan rakyat perlu ditingkatkan produktifitasnya sehingga diharapkan kesejahteraan masyarakatpun akan meningkat. Beberapa analisis permasalahan yang sering muncul dalam pengelolaan dan pengembangan hutan rakyat diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Masalah Penurunan tingkat Kesuburan tanah di areal hutan rakyat
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah pengelolaan kesuburan tanah pada areal yang dimiliki petani dan penerapan teknik konservasi tanah dan air. Belajar dari apa yang telah dilakukan dimasa lalu dan akibat yang dirasakan saat ini, yang perlu dilakukan adalah merumuskan kembali upaya konservasi tanah dengan kebijakan yang baru dan disesuaikan kondisi saat ini. Program pmerintah pusat di bidang kehutanan dan konservasi tanah silih berganti dicanangkan oleh pemerintah pusat mulai dari Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerahan) yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 2003 disusul dengan program Kecil Menanam Dewasa Memanen dan terakhir Gerakan Penanaman Sejuta Pohon dan program Satu Orang Satu Pohon. Namun kebijakan tersebut belum menyentuh permasalahan yang dikemukakan disini.
Kelangkaan pupuk dan mahalnya pupuk buatan (anorganik) saat ini dapat diatasi dengan kebijakan
pengembangan pupuk organik berupa pupuk kandang dan pupuk organik lainnya seperti penggunaan bekasi, penggunaan bahan organik dan kotoran ternak yang difermentasi dan dipercepat proses dekomposisinya melalui bantuan mikroorganisme EM4 dan semacamnya. Namun, sampai saat ini pupuk bekasi dan berbagai macam pupuk organik lainnya yang sudah banyak di pasaran belum bisa menggantikan keunggulan pupuk buatan sehingga ketergantungan petani pada pupuk buatan masih cukup besar. Penggunaan pupuk kandang sudah biasa dilakukan petani namun saat ini diperlukan dalam jumlah yang relatif lebih besar untuk bisa mermpertahankan kesuburan tanah. Masalahnya adalah kurangnya modal yang dimiliki petani sehingga pada umumnya petani tidak melaksanakan pemupukan.
Beberapa pendekatan teknis yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah :
a. Penyempurnaan pola Agroforestry hutan rakyat dengan menggiatkan penanaman tanaman pengikat
Nitrogen diantara baris tanaman
b. Mengaktifkan penggunaan mulsa sisa tanaman sebagai kompos organik dengan teknik yang lebih
praktis seperti Teknologi Mulsa Vertikal.
c. Memperkaya kandungan hara pupuk organik yang dihasilkan sehingga dapat menggantikan peranan
pupuk anorganik (pupuk buatan).
2. Masalah data potensi hutan rakyat yang yang belum akurat
Untuk mengatasi masalah ini diperlukan upaya pendataan kembali kondisi dan keberadaan hutan rakyat secara akurat umtuk mengetahui potensi sebenarnya sehingga dapat dibuat perencanaan pengembangan yang sesuai. Data yang akurat diperlukan untuk dapat menyusun perencanaan yang tepat. Dalam hal ini diperlukan metode inventarisasi hutan rakyat yang efektif. Metode inventarisasi hutan yang ada saat ini masih didasarkan pada metode inventarisasi pada hutan alam. Metode inventarisasi hutan alam perlu modifikasi untuk dapat diterapkan di hutan rakyat karena kondisi hutan rakyat sangat berbeda dengan hutan alam.
3. Masalah yang berkaitan dengan kelestarian hutan rakyat
Untuk melestarikan hutan rakyat, perlu dimulai dengan teknik penanaman yang diarahkan untuk membentuk struktur tegakan yang mendekati hutan normal yang terdiri dari berbagai kelas umur. Tanpa adanya struktur tegakan, hutan rakyat tidak akan terjamin kelestariannya karena sewaktu waktu bisa berubah peruntukannya. Merubah kebiasaan petani dari sistim penanaman biasa menjadi sistim penanaman dengan membangun struktur tegakan tidak mudah. Untuk itu diperlukan percontohan tehnik pembangunan hutan rakyat dengan struktur tegakan yang mendekati hutan normal baik pada lahan kosong maupun pada lahan yang sudah ada tanamannya melalui pengayaan dengan teknik tertentu. Kegiatan percontohan ini perlu diformulasikan dalam bentuk kebijakan yang memungkinkan pengembangan hutan rakyat secara lestari.
4. Masalah ketersediaan bibit yang berkualitas dan jenis yang berorientasi pasar
Dukungan Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas kehutanan dengan program pembangunan pesemaian permanen untuk mensuplay kebutuhan bibit untuk pembangunan hutan rakyat sangat berperan penting dalam pengelolaan dan pengembangan hutan rakyat. Dengan adanya pesemaian yang dtangani secara terpadu dari instansi yang berkonpoten diharapakan permasalahan bibit yang berkualitas dapat diatasi.
5. Masalah Rendahnya pengetahuan petani dalam penerapan teknik silvikultur
Tingkat pengetahuan dan ketrampilan petani dalam mengelola hutan rakyat secara agribisnis masih rendah, sementara itu kualitas maupun kuantitas tenaga penyuluh belum memadai bahkan dalam beberapa tahun kedepan diperkirakan akan terjadi kekurangan tenaga penyuluh lapangan karena sebagian akan pensiun dalam waktu yang relatif hampir bersamaan. Rendahnya pengetahunan petani erat kaitanya dengan sistim penyuluhan yang berjalan. Kurang efektifnya penyuluhan dapat juga disebabkan karena kurangnya dukungan teknologi hasil penelitian. Untuk itu kepada para stake holder yang berkompoten ditantang untuk dapat segera menyampaikan hasil hasil penelitian berupa paket teknologi tepat guna yang siap pakai untuk diteruskan kepada petani melalui sistim penyuluhan yang disempurnakan
6. Pemecahan masalah Pengembangan hutan rakyat masih bersifat partial
Pengembangan hutan rakyat sebaiknya mengikuti rencana pengembangan tata ruang yang sudah disusun sehingga tidak bersifat partial. Dengan mengikuti rencana peruntukan wilayah tersebut perencanaan pengembangan hutan rakyat dapat di tetapkan dengan lebih terarah dan sejalan dengan pengembangan sektor lain sehingga tidak terjadi tumpang tindih. Demikian pula pengembangan hutan rakyat yang terintegrasi dapat diarahkan sebagai penyanggah kawasan hutan dan kawasan perlindungan yang semakin terbatas. Untuk itu permasalahan ini perlu dirumuskan secara bersama oleh berbagai instansi terkait dalam mengembangkan hutan rakyat secara terintegrasi.
Demikianlah artikel mengenai beberapa cara mengatasi masalah dalam pengelolaan dan pengembangan hutan rakyat, semoga bermanfaat untuk kita semua dan hutan kitapun tetap lestari
1. Masalah Penurunan tingkat Kesuburan tanah di areal hutan rakyat
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah pengelolaan kesuburan tanah pada areal yang dimiliki petani dan penerapan teknik konservasi tanah dan air. Belajar dari apa yang telah dilakukan dimasa lalu dan akibat yang dirasakan saat ini, yang perlu dilakukan adalah merumuskan kembali upaya konservasi tanah dengan kebijakan yang baru dan disesuaikan kondisi saat ini. Program pmerintah pusat di bidang kehutanan dan konservasi tanah silih berganti dicanangkan oleh pemerintah pusat mulai dari Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerahan) yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 2003 disusul dengan program Kecil Menanam Dewasa Memanen dan terakhir Gerakan Penanaman Sejuta Pohon dan program Satu Orang Satu Pohon. Namun kebijakan tersebut belum menyentuh permasalahan yang dikemukakan disini.
Kelangkaan pupuk dan mahalnya pupuk buatan (anorganik) saat ini dapat diatasi dengan kebijakan
pengembangan pupuk organik berupa pupuk kandang dan pupuk organik lainnya seperti penggunaan bekasi, penggunaan bahan organik dan kotoran ternak yang difermentasi dan dipercepat proses dekomposisinya melalui bantuan mikroorganisme EM4 dan semacamnya. Namun, sampai saat ini pupuk bekasi dan berbagai macam pupuk organik lainnya yang sudah banyak di pasaran belum bisa menggantikan keunggulan pupuk buatan sehingga ketergantungan petani pada pupuk buatan masih cukup besar. Penggunaan pupuk kandang sudah biasa dilakukan petani namun saat ini diperlukan dalam jumlah yang relatif lebih besar untuk bisa mermpertahankan kesuburan tanah. Masalahnya adalah kurangnya modal yang dimiliki petani sehingga pada umumnya petani tidak melaksanakan pemupukan.
Beberapa pendekatan teknis yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah :
a. Penyempurnaan pola Agroforestry hutan rakyat dengan menggiatkan penanaman tanaman pengikat
Nitrogen diantara baris tanaman
b. Mengaktifkan penggunaan mulsa sisa tanaman sebagai kompos organik dengan teknik yang lebih
praktis seperti Teknologi Mulsa Vertikal.
c. Memperkaya kandungan hara pupuk organik yang dihasilkan sehingga dapat menggantikan peranan
pupuk anorganik (pupuk buatan).
2. Masalah data potensi hutan rakyat yang yang belum akurat
Untuk mengatasi masalah ini diperlukan upaya pendataan kembali kondisi dan keberadaan hutan rakyat secara akurat umtuk mengetahui potensi sebenarnya sehingga dapat dibuat perencanaan pengembangan yang sesuai. Data yang akurat diperlukan untuk dapat menyusun perencanaan yang tepat. Dalam hal ini diperlukan metode inventarisasi hutan rakyat yang efektif. Metode inventarisasi hutan yang ada saat ini masih didasarkan pada metode inventarisasi pada hutan alam. Metode inventarisasi hutan alam perlu modifikasi untuk dapat diterapkan di hutan rakyat karena kondisi hutan rakyat sangat berbeda dengan hutan alam.
3. Masalah yang berkaitan dengan kelestarian hutan rakyat
Untuk melestarikan hutan rakyat, perlu dimulai dengan teknik penanaman yang diarahkan untuk membentuk struktur tegakan yang mendekati hutan normal yang terdiri dari berbagai kelas umur. Tanpa adanya struktur tegakan, hutan rakyat tidak akan terjamin kelestariannya karena sewaktu waktu bisa berubah peruntukannya. Merubah kebiasaan petani dari sistim penanaman biasa menjadi sistim penanaman dengan membangun struktur tegakan tidak mudah. Untuk itu diperlukan percontohan tehnik pembangunan hutan rakyat dengan struktur tegakan yang mendekati hutan normal baik pada lahan kosong maupun pada lahan yang sudah ada tanamannya melalui pengayaan dengan teknik tertentu. Kegiatan percontohan ini perlu diformulasikan dalam bentuk kebijakan yang memungkinkan pengembangan hutan rakyat secara lestari.
4. Masalah ketersediaan bibit yang berkualitas dan jenis yang berorientasi pasar
Dukungan Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas kehutanan dengan program pembangunan pesemaian permanen untuk mensuplay kebutuhan bibit untuk pembangunan hutan rakyat sangat berperan penting dalam pengelolaan dan pengembangan hutan rakyat. Dengan adanya pesemaian yang dtangani secara terpadu dari instansi yang berkonpoten diharapakan permasalahan bibit yang berkualitas dapat diatasi.
5. Masalah Rendahnya pengetahuan petani dalam penerapan teknik silvikultur
Tingkat pengetahuan dan ketrampilan petani dalam mengelola hutan rakyat secara agribisnis masih rendah, sementara itu kualitas maupun kuantitas tenaga penyuluh belum memadai bahkan dalam beberapa tahun kedepan diperkirakan akan terjadi kekurangan tenaga penyuluh lapangan karena sebagian akan pensiun dalam waktu yang relatif hampir bersamaan. Rendahnya pengetahunan petani erat kaitanya dengan sistim penyuluhan yang berjalan. Kurang efektifnya penyuluhan dapat juga disebabkan karena kurangnya dukungan teknologi hasil penelitian. Untuk itu kepada para stake holder yang berkompoten ditantang untuk dapat segera menyampaikan hasil hasil penelitian berupa paket teknologi tepat guna yang siap pakai untuk diteruskan kepada petani melalui sistim penyuluhan yang disempurnakan
6. Pemecahan masalah Pengembangan hutan rakyat masih bersifat partial
Pengembangan hutan rakyat sebaiknya mengikuti rencana pengembangan tata ruang yang sudah disusun sehingga tidak bersifat partial. Dengan mengikuti rencana peruntukan wilayah tersebut perencanaan pengembangan hutan rakyat dapat di tetapkan dengan lebih terarah dan sejalan dengan pengembangan sektor lain sehingga tidak terjadi tumpang tindih. Demikian pula pengembangan hutan rakyat yang terintegrasi dapat diarahkan sebagai penyanggah kawasan hutan dan kawasan perlindungan yang semakin terbatas. Untuk itu permasalahan ini perlu dirumuskan secara bersama oleh berbagai instansi terkait dalam mengembangkan hutan rakyat secara terintegrasi.
Demikianlah artikel mengenai beberapa cara mengatasi masalah dalam pengelolaan dan pengembangan hutan rakyat, semoga bermanfaat untuk kita semua dan hutan kitapun tetap lestari
CARA MEMBIBITKAN TANAMAN CENDANA (Santallum album L)
ArtikelCARA MEMBIBITKAN TANAMAN CENDANA (Santallum album L)
Pada tanah yang banyak mengandung, tanaman Cendana memerlukan tanaman inang seperti lombok, terung dan lain-lain, karena tergolong pohon setengah parasit. Pada pembuatan tanaman, pohon Cendana dapat dicampur antara lain dengan Albizia chinensis, Acacia sp, Cassia siamea, Tamarindus indicus, Pseudium guyava. Tanaman tersebut selain berfungsi sebagai inang juga sebagai pelindung.
Biji tanaman cendana dapat diperoleh dari kebun sendiri atau membeli dari perusahaan yang ditunjuk oleh Departemen Kehutanan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengadaan biji antara lain :
Santalum album atau dengan nama daerah Cendana mempunyai penyebaran alami terbatas di Indonesia antara lain Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi dan Maluku. Tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian antara 50 – 1200 meter dpl, tipe iklim D dan E (menurut Schmidt-Ferguson) dengan rata-rata curah hujan per tahun antara 1100 – 2000 mm serta memiliki 14 hari hujan dalam 4 bulan terkering.
1. Biji berasal dari pohon yang pertumbuhannya baik, Jelas asal usulnya, Kulit biji segar, mengkilat,
berukuran besar dan sehat. Biji yang sudah dikumpul harus segera disemaikan atau ditanam dilapangan,
karena dalam jangka dua bulan dalam temperatur kamar daya kecambahnya turun 50% dan setelah 5
bulan 0%. Daya kecambah biji dapat dipertahankan tetap tinggi bila disimpan pada ruangan
bertemperatur 5 ºC – 7 ºC dengan kelembaban 45 %.
2. Penaburan biji
Lokasi persemaian untuk pembuatan bibit cendana harus memenuhi persyaratan yaitu
berdekatan dengan lokasi penanaman dan lingkungan lokasi pembibitan harus sesuai dengan persyaratan
yang dikehendaki tanaman cendana, cukup tersedia air dan mudah diawasi. Penaburan biji dapat
dilakukan dalam bedeng tabur yang terbuat dari bak kayu atau bak plastik dengan ukuran yang dapat
disesuaikan dengan jumlah biji yang akan ditebur. Umumnya bedeng tabur yang digunakan berukuran 2 x
1 m atau 1 x 1 m.
Media tabur menggunakan campuran tanah lapisan olah dan pasir halus dengan perbandingan 1 : 2.
Sebelum digunakan sebaiknya media tabur tersebut dicampur dengan produk TSP dengan dosis 1 kg
TSP untuk 1 m3 media. Sebelum media tabur tersebut ditananami biji disiram secukupnya. Biji ditanam
dengan jarak 1 x 2 cm atau 5 x 5 cm. Setelah ± 7 hari biji berkecambah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menyemaikan dan menanam tanaman cendana adalah sebagai berikut :
- Biji cendana disemai bersama-sama tanaman inangnya. Tanaman inang yang digunakan antara lain
lombok.
- Penanaman biji sedalam ± 1 cm kemudian ditutup oleh tanah halus atau pasir.
- Memberikan naungan pada bedeng tabur dan melakukan penyiraman pada pagi dan sore hari.
- Melakukan pemeliharaan antara lain berupa : pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit
- Setelah kecambah berumur 1 – 2 minggu dan batangnya mulai mengayu segera disapih, bersama-sama
pohon inangnya.
Demikianlah artikel mengenai cara membibitkan tanaman cendana ini, semoga bermanfaat.
Pada tanah yang banyak mengandung, tanaman Cendana memerlukan tanaman inang seperti lombok, terung dan lain-lain, karena tergolong pohon setengah parasit. Pada pembuatan tanaman, pohon Cendana dapat dicampur antara lain dengan Albizia chinensis, Acacia sp, Cassia siamea, Tamarindus indicus, Pseudium guyava. Tanaman tersebut selain berfungsi sebagai inang juga sebagai pelindung.
Biji tanaman cendana dapat diperoleh dari kebun sendiri atau membeli dari perusahaan yang ditunjuk oleh Departemen Kehutanan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengadaan biji antara lain :
Santalum album atau dengan nama daerah Cendana mempunyai penyebaran alami terbatas di Indonesia antara lain Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi dan Maluku. Tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian antara 50 – 1200 meter dpl, tipe iklim D dan E (menurut Schmidt-Ferguson) dengan rata-rata curah hujan per tahun antara 1100 – 2000 mm serta memiliki 14 hari hujan dalam 4 bulan terkering.
1. Biji berasal dari pohon yang pertumbuhannya baik, Jelas asal usulnya, Kulit biji segar, mengkilat,
berukuran besar dan sehat. Biji yang sudah dikumpul harus segera disemaikan atau ditanam dilapangan,
karena dalam jangka dua bulan dalam temperatur kamar daya kecambahnya turun 50% dan setelah 5
bulan 0%. Daya kecambah biji dapat dipertahankan tetap tinggi bila disimpan pada ruangan
bertemperatur 5 ºC – 7 ºC dengan kelembaban 45 %.
2. Penaburan biji
Lokasi persemaian untuk pembuatan bibit cendana harus memenuhi persyaratan yaitu
berdekatan dengan lokasi penanaman dan lingkungan lokasi pembibitan harus sesuai dengan persyaratan
yang dikehendaki tanaman cendana, cukup tersedia air dan mudah diawasi. Penaburan biji dapat
dilakukan dalam bedeng tabur yang terbuat dari bak kayu atau bak plastik dengan ukuran yang dapat
disesuaikan dengan jumlah biji yang akan ditebur. Umumnya bedeng tabur yang digunakan berukuran 2 x
1 m atau 1 x 1 m.
Media tabur menggunakan campuran tanah lapisan olah dan pasir halus dengan perbandingan 1 : 2.
Sebelum digunakan sebaiknya media tabur tersebut dicampur dengan produk TSP dengan dosis 1 kg
TSP untuk 1 m3 media. Sebelum media tabur tersebut ditananami biji disiram secukupnya. Biji ditanam
dengan jarak 1 x 2 cm atau 5 x 5 cm. Setelah ± 7 hari biji berkecambah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menyemaikan dan menanam tanaman cendana adalah sebagai berikut :
- Biji cendana disemai bersama-sama tanaman inangnya. Tanaman inang yang digunakan antara lain
lombok.
- Penanaman biji sedalam ± 1 cm kemudian ditutup oleh tanah halus atau pasir.
- Memberikan naungan pada bedeng tabur dan melakukan penyiraman pada pagi dan sore hari.
- Melakukan pemeliharaan antara lain berupa : pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit
- Setelah kecambah berumur 1 – 2 minggu dan batangnya mulai mengayu segera disapih, bersama-sama
pohon inangnya.
Demikianlah artikel mengenai cara membibitkan tanaman cendana ini, semoga bermanfaat.
Subscribe to:
Posts (Atom)