JENIS TANAMAN
Tanaman pala memiliki beberapa jenis, antara lain:
1) Myristica fragrans Houtt, 2) Myristica argentea Ware, 3) Myristica fattua
Houtt, 4) Myristica specioga Ware, 5) Myristica Sucedona BL, 6) Myristica
malabarica Lam. Jenis pala yang banyak diusahakan adalah terutama Myristica
MANFAAT TANAMAN
Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi
sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri
pengalengan, minuman dan kosmetik.
1) Kulit batang dan daun
Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan “kino”
hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kulit batang dan daun tanaman pala
menghasilkan minyak atsiri
2) Fuli
Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala
yang berbentuk seperti anyaman pala, disebut “bunga pala”. Bunga pala ini dalam
bentuk kering banyak dijual didalam negeri.
3) Biji pala
Biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh
orang-orang pribumi sebagai rempah-rempah.
Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa
sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam
lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu,
obat muntah-muntah dan lain-lainya.
4) Daging buah pala
Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari
oleh masyarakat jika telah diproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan
pala, manisan pala, marmelade, selai pala, kKristal daging buah pala.
SYARAT TUMBUH
1) Tanaman pala juga membutuhkan iklim yang panas
dengan curah hujan yang tinggi dan agak merata/tidak banyak berubah sepanjang
tahun.
2) Suhu udara lingkungan 20-30 derajat C sedangkan,
curah hujan terbagi secara teratur sepanjang tahun. Tanaman pala tergolong
jenis tanaman yang tahan terhadap musim kering selama beberapa bulan.
Media Tanam
1) Tanaman ini membutuhkan tanah yang gembur, subur
dan sangat cocok pada tanah vulkasnis yang mempunyai pembuangan air yang baik.
Tanaman pala tumbuh baik di tanah yang bertekstur pasir sampai lempung dengan
kandungan bahan organis yang tinggi.
2) Sedangkan pH tanah yang cocok untuk tanaman pala
adalah 5,5 – 6,5. Tanaman ini peka terhadap gangguan air, maka untuk tanaman
ini harus memiliki saluran drainase yang baik.
3) Pada tanah-tanah yang miring seperti pada lereng
pegunungan, agar tanah tidak mengalami erosi sehingga tingkat kesuburannya
berkurang, maka perlu dibuat teras-teras melintang lereng.
Ketinggian Tempat
Tanaman pala dapat tumbuh baik di daerah yang
mempunyai ketinggian 500-700 m dpl. Sedangkan pada ketinggian di atas 700 m,
produksitivitas tanaman akan rendah.
PEDOMAN BUDIDAYA
1) Perbanyakan
Cara Generatif (Biji)
Perbanyakan dengan biji dapat dilakukan dengan
mengecambahkan biji. Dalam hal ini biji yang digunakan berasal dari:
1. Biji sapuan: biji yang dikumpulkan begitu saja
tanpa diketahui secara jelas dan pasti mengenai pohon induknya.
2. Biji terpilih: biji yang asalnya atau pohon
induknya diketahui dengan jelas. Dalam hal ini ada 3 macam biji terpilih,
yaitu: (1) biji legitiem, yaitu biji yang diketahui dengan jelas pohon
induknya (asal putiknya jelas diketahui); (2) biji illegitiem, yaitu
biji yang berasal dari tumpang sari tidak diketahui, tetapi asal putiknya jelas
diketahui; (3) biji Propellegitiem, yaitu biji yang terjadi hasil persilangan
dalam satu kebun yang terdiri dua klon atau lebih.
Biji-biji yang akan digunakan sebagai benih harus
berasal dari buah pala yang benar-benar masak. Buah pala bijinya akan digunakan
sebagai benih hendaknya berasal dari pohon pala yang mempunyai sifat-sifat: (1)
pohondewasa yang tumbuhnya sehat; (2) mampu berproduksi tinggi dan kwalitasnya baik.
Buah pala yang dipetik dari pohon dan akan dijadikan benih harus segera diambil
bijinya, paling lambat dalam waktu 24 jam biji-biji tersebut harus sudah disemaikan.
Hal ini disebabkan oleh sifat biji pala yang daya berkecambahnya dapat cepat
menurun.
Penyemaian
Tanah tempat penyemaian harus dekat sumber air
untuk lebih memudahkan melakukan penyiraman pesemaian. Tanah yang akan dipakai
untuk penyemaian harus dipilih tanah yang subur dan gembur. Tanah diolah dengan
cangkul dengan kedalaman olakan sekitar 20 cm dan dibuat bedengan dengan ukuran
lebar sekitar 1,5 cm dan panjangnya 5-10 cm, tergantung biji pala yang akan
disemaikan. Bedengan dibuat membujur Utara-Selatan. Kemudian tanah yang sudah
diolah tersebut dicampuri dengan pupuk kandang yang sudah jadi (sudah tidak
mengalami fermentasi) secara merata secukupnya supaya tanah bedengan tersebut
menjadi gembur. Sekeliling bedengan dibuka selokan kecil yang berfungsi sebagai
saluran drainase.
Bedengan diberi peneduh dari anyaman daun
kelapa/jerami dengan ukuran tinggi sebelah Timur 2 m dan sebelah Barat 1 m.
maksud pemberian peneduh ini adalah agar pesemaian hanya terkena sinar matahari
pada pagi sampai menjelang siang hari dan pada siang hari yang panas terik itu
persemaian itu terlindungi oleh peneduh. Tanah bedengan disiram air sedikit
demi sedikit sehingga kebasahannya merata dan tidak sampai terjadi genangan air
pada bedengan. Kemudian biji-biji pala disemaikan dengan membenamkan biji pala
sampai sedalam sekiat 1 cm di bawah permukaan tanah bedengan. Jarak persemaian
antar-biji adalah 15X15 cm. Posisi dalam membenamkan biji/benih harus rapat,
yakni garis putih pada kulit biji terletak di bawah. Pemeliharaan pesemaian
terutama adalah menjaga tanah bedengan tetap dalam keadaan basah (disiram
dengan air) dan menjaga agar tanah bedengan tetap bersih dari gulma).
Setelah biji berkecambah yaitu sudah tumbuh bakal
batangnya. Maka bibit pada pesemaian tersebut dapat dipindahkan ke kantong
polybag yang berisimedia tumbuh berupa tanah gembur yang subur dicampur dengan
pupuk kandang. Pemindahan bibit dari pesemaian ke kantong polybag harus dilakukan
secara hati-hati agar perakarannya tidak rusak. Polybag yang sudah berisi bibit
tanaman harus diletakkan pada tempat yang terlindung dari sinar
matahari/diletakkan berderet-deret dan diatasnya diberi atap pelindung berupa
anyaman daun kelapa/jerami. Pemeliharaan dalam polybag terutama adalah menjaga
agar media tumbuhnya tetap bersih dari gulma dan menjaga media tumbuh dalam
keadaan tetap basah namun tidak tergantung air. Agar tidak tergenang air,
bagian bawahnya dari polybag harus diberi lubang untuk jalan keluar air
siraman/air hujan.
Bibit-bibit tersebut dapat dilakukan pemupukan
ringan, yakni dengan pupuk TSP dan urea masing-masing sektar 1 gram tiap
pemupukan. Pupuk ditaruh di atas permukaan media tumbuh kemudian langsung
disiram. Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni pada awal musim hujan
dan pada akhir musim hujan. Setelah bibit tanaman mempunyai 3–5 batang cabang,
maka bibit ini dapat dipindahkan/ditanam di lapangan.
2. Perbanyakan Cara Cangkok (Marcoteren)
Perbanyakan tanaman pala dengan cara mencangkok
bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang mempunyai sifat-sifat asli induknya
(pohon yang dicangkok). Hal yang diperhatikan dalam memilih batang/cabangyang
akan dicangkok adalah dari pohon yang tumbuhnya sehat dan mampu memproduksi
buah cukup banyak, pohon yang sudah berumur 12–15 tahun. Batang/cabang yang
sudah berkayu, tetapi tidak terlalu tua/terlalu muda.
Cara mencangkok (marcotern):
a) Batang/cabang dikelupas kulitnya dengan pisau
tajam secara melingkar sepanjang 3–4 cm. Posisi cangkokan sekitar 25 cm dari
pangkal batang/cabang. Lendir/kambium yang melapisi kayu dihilangkan dengan
cara disisrik kambiumnya, batang yang akan dicangkok tersebut dibiarkan selama beberapa
jam sampai kayunya yang tampak itu kering benar.
b) Ambillah tanah yang gembur dan sudah dicampuri
dengan pupuk kandang dalam keadaan basah dan menggumpal. Kemudian tanah
tersebut ditempelkan/dibalutkan pada bagian batang yang telah dikuliti
berbentuk gundukan tanah. Gundukan tanah tersebut kemudian dibalut dengan sabut
kelapa/plastik. Agar tanah dapat melekat erat pada batang yang sudah dikuliti, maka
sabut kelapa/plastik pembalut itu diikat dengan tali secara kuat pada bagian
bawa, bagian tengah dan bagian atas. Bila menggunakan pembalut dari palstik,
maka bagian atas dan bagian bawah harus diberi lubang kecil untuk memasukkan
air siraman (lubang bagian atas) dan sebagai saluran drainase (lubang bagian
bawah). Bila pencangkokkan ini berhasil dengan baik, maka setelah 2 bulan akan
tumbuh perakarannya. Jika perakaran cangkokkan itu sudah siap untuk dipotong
dan dipindahkan keranjang atau ditanam langsung di lapangan.
3) Perbanyakan Cara Penyambungan (Enten Dan Okulasi)
Sistem penyambungan ini adalah menempatkan bagian
tanaman yang dipilih pada bagian tanaman lain sebagai induknya sehingga
membentuk satu tanaman bersama. Sistem penyambungan ini ada dua cara, yakni:
a) Penyambungan Pucuk (entern, grafting)
Penyambungan pucuk ini ada tiga macam yaitu :
1. Enten celah (batang atas dan batang bawah sama
besar)
2. Enten pangkas atau kopulasi
3. Enten sisi (segi tiga)
b) Penyambungan mata (okulasi)
Penyambungan mata ada tiga macam yaitu :
1. Okulasi biasa (segi empat)
2. Okulasi “T”
3. Forkert
Setelah 3-4 bulan sejak penyambungan dengan sistem
enten atau okulasi itu dilakukan dan jika telah menunjukkan adanya pertumbuhan
batang atas (pada penyambungan enten) dan mata tunas (pada penyambungan
okulasi), tanaman sudah dapat ditanam di lapangan.
4) Perbanyakan Cara Penyusuan (Inarching Atau
Approach Grafting)
Dalam sistem penyusuan ini, ukuran batang bawah dan
batang atas harus sama besar (kurang lebih besar jari tangan orang dewasa).
Cara melakukannya adalah sebagai berikut:
a) Pilihlah calon bawah dan batang atas yang
mempunyai ukuran sama.
b) Lakukanlah penyayatan pada batang atas dan
batang bawah dengan bentuk dan ukuran sampai terkena bagian dari kayu.
c) Tempelkan batang bawah tersebut pada batang atas
tepat pada bekas sayatan tadi dan ikatlah pada batang atas tepat pada bekas
sayatan dan ikat dengan kuat tali rafia.
Setelah beberapa waktu, kedua batang tersebut akan
tumbuh bersama-sama seolah-olah batang bawah menyusu pada batang atas sebagai
induknya. Dalam waktu 4–6 minggu, penyusuan ini sudah dapat dilihat hasilnya.
Jika batang atas daun-daunnya tidak layu, maka penyusuan itu dapat dipastikan
berhasil. Setelah 4 bulan, batang bagian bawah dan bagian atas sudah tidak
diperlukan lagi dan boleh dipotong serta dibiarkan tumbuh secara sempurna. Jika
telah tumbuh sempurna, maka bibit dari hasil penyusuan tersebut sudah dapat
ditanam dilapangan.
5. Perbanyakan Cara Stek
Tanaman pala dapat diperbanyak dengan stek tua dan
muda yang dengan 0,5% larutan hormaon IBA. Penyetekan menggunakan hormon IBA
0,5%, biasanya pada umur 4 bulan setelah dilakukan penyetekan sudah keluar
akar-akarnya. Kemudian tiga bulan berikutnya sudah tumbuh perakaran yang cukup
banyak. Percobaan lain adalah dengan menggunakan IBA 0,6% dalam bentuk kapur. Penyetekan
dengan menggunakan IBA 0,6%, biasanya setelah 8 minggu sudah terbentuk kalus di
bagian bawah stek. Kemudian jika diperlukan untuk kedua kalinya dengan larutan
IBA 0,5%, maka setelah 9 bulan kemudian sudah tampakperakaran.
Teknik Penanaman
Penanaman bibit dilakukan pada awal musim hujan.
Hal ini untuk mencegah agar bibit tanaman tidak mati karena kekeringan, bibit
tanaman yang berasal dari biji dan sudah mempunyai 3–5 batang cabang biasanya
sudah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan sehingga pertumbuhannya dapat
baik. Penanaman yang berasal dari biji dilakukan dengan cara sebagai berikut:
polybag (kantong pelastik) di lepaskan terlebih dahulu, bibit dimasukkan
kedalam lubang tanam dan permukaan tanah pada lubang tanam tersebut dibuat
sedikit dibawah permukaan lahan kebun. Setelah bibit-bibit tersebut ditanam,
kemudian lubang tanam tersebut disiram dengan air supaya media tumbuh dalam
lubang menjadi basah.
Bila bibit pala yang berasal dari cangkok, maka
sebelum ditanam daun-daunnya harus dikurangi terlebih dahulu untuk mencegah
penguapan yang cepat. Lubang tanam untuk bibit pala yang berasal dari cangkang
perlu dibuat lebih dalam. Hal ini dimaksudkan agar setelah dewasa tanaman
tersebut tidak roboh karena system akaran dari bibit cangkokan tidak memiliki
akar tunggang. Setelah bibit di tanam, lubang tanam harus segera disiram supaya
media tumbuhan menjadi basah. Penanaman bibit pala yang berasal dari enten dan
okulasi dapat dilakukan seperti menanam bibit-bibit pala yang berasal dari
biji. Lubang tanaman perlu dipersiapkan satu bulan sebelum bibit ditanam. Hal
ini bertujuan agar tanah dalam lubangan menjadi dayung (tidak asam), terutama
jika pembuatannya pada musim hujan, lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x
60 cm untuk jenis tanah ringan dan ukuran 80x80x80 cm untuk jenis tanah liat.
Dalam menggali lubang tanam, lapisan tanah bagian
atas harus dipisahkan dengan lapisan tanah bagian bawah, sebab kedua lapisan
tanah ini mengandung unsur yang berbeda. Setelah beberapa waktu, tanah galian
bagian bawah di masukkan lebih dahulu, kemudian menyusul tanah galian bagian
atas yang telah dicampur dengan pupuk kandang secukupnya. Jarak tanam yang baik
untuk tanaman pala adalah: pada lahan datar adalah 9x10 m. Sedangkan pada lahan
bergelombang adalah 9x9 m.
Pemeliharaan Tanaman
Untukmencegah kerusakan atau bahkan kematian
tanaman, maka perlu di usahakan tanaman pelindung yang pertumbuhannya cepat,
misalnya tanaman jenis Clerisidae atau jauh sebelumnya bibit pala di tanam,
lahan terlebih dahulu di Tanami jenis tanaman buah-buahan/tanaman kelapa.
1) Penyulaman harus dilakukan dilakukan jika bibit
tanaman pala itu mati/pertumbuhannya kurang baik.
2) Pada akhir musim hujan, setelah pemupukan
sebaiknya segera dilakukan penyiraman agar pupuk dapat segera larut dan diserap
akar. Pada waktu tanaman masih muda, pemupukan dapat dilakukan dengan pupuk
organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik ( pupuk kimia sama dengan pupuk
buatan) yaitu berupa TSP, Urea dan KCl. Namun jika tanaman sudah dewasa/sudah
tua, pemupukan yang dan lebih efektif adalah pupuk anorganik. Pemupukan
dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada awal musim hujan dan pada akhir
musim hujan.
3) Sebelum pemupukan dilakukan, hendaknya dibuat
parit sedalam 10 cm dan lebar 20 cm secara melingkar di sekitar batang pokok
tanaman selebar kanopi (tajuk pohon), kemudian pupuk TSP, Urea dan KCl ditabur
dalam parit tersebut secara merata dan segera ditimbun tanah dengan rapat. Jika
pemupukan di lakukan pada awal musim hujan, setelah dilakuakan pada akhir musim
hujan, maka untuk membantu pelarutan pupuk dapat dilakukan penyiraman, tetapi
jika kondisinya masih banyak turun hujan tidak perlu dilakukan penyiraman.
PANEN
Ciri dan Umur Panen
Umumnya pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun
dan pada umur 10 tahun telah berproduksi secara menguntungkan. Produksi pada
akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Pohon
pala terus berproduksi sampai umur 60–70 tahun. Buah pala dapat dipetik
(dipanen) setelah cukup masak (tua), yakni yaitu sekitar 6–7 bulan sejak mulai
bunga dengan tanda-tanda buah pala yang sudah masak adalah jika sebagian dari
buah tersebut tersebut murai merekah (membelah) melalui alur belahnya dan
terlihat bijinya yang diselaputi fuli warna merah. Jika buah yang sudah mulai
merekah dibiarkan tetap dipohon selama 2-3 hari, maka pembelahan buah menjadi
sempurna (buah berbelah dua) dan bijinya akan jatuh di tanah.
Di Daerah Banda, dikenal 3 macam waktu panen tiap
tahun, yaitu: (1) panen raya/besar (pertengahan musim hujan); panen lebih
sedikit (awal musim hujan) dan panen kecil (akhir musim hujan). Panen buah pala
pada permulaan musim hujan memberikan hasil paling baik (berkualitas tinggi)
dan bunga pala (fuli) yang palingtebal.
Cara Pemetikan
Pemetikan buah pala dapat dilakukan dengan galah
bambu yang ujungnya diberi/dibentuk keranjang (jawa: sosok). Selain itu dapat
pula dilakukan dengan memanjat dan memilih serta memetik buah-buah pala yang
sudah masak benar.
PASCAPANEN
Pemisahan Bagian Buah
Setelah buah-buah pala masak dikumpulkan, buah yang
sudah masak dibelah dan antara daging buah, fuli dan bijinya dipisahkan. Setiap
bagian buah pala tersebut ditaruh pada wadah yang kondisinya bersih dan kering.
Biji-biji yang terkumpul perlu disortir dan dipilah-pilahkan menjadi 3 macam
yaitu: (1) yang gemuk dan utuh; (2) yang kurus atau keriput; dan (3) yang
cacat.
Pengeringan Biji
Biji pala yang diperoleh dari proses ke-I tersebut
segera dijemur untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Biji dijemur
dengan panas matahari pada lantai jemur/tempat lainnya. Pengeringan yang
terlalu cepat dengan panas yang lebih tinggi akan mengakibatkan biji pala
pecah. Biji pala yang telah kering ditandai dengan terlepas bagian kulit biji
(cangkang), jika digolongkan akan kocak dan kadar airnya sebesar 8–10 %. Biji-biji
pala yang sudah kering, kemudian dipukul dengan kayu supaya kulit buijinya pecah
dan terpisah dengan isi biji. Isi biji yang telah keluar dari cangkangnya tersebut
disortir berdasarkan ukuran besar kecilnya isi biji:
a) Besar: dalam 1 kg terdapat 120 butir isi biji.
b) Sedang: dalam 1 kg terdapat sekitar 150 butir
isi biji.
c) Kecil: dalam 1 kg terdapat sekitar 200 butir isi
biji.
Isi biji yang sudah kering, kemudian dilakukan
pengapuran. Pengapuran biji pala yang banyak dilakukan adalah pengapuran secara
basah, yaitu:
a) Kapur yang sudah disaring sampai lembut dibuat
larutan kapur dalam bak besar/bejana (seperti yang digunakan untuk mengapur
atau melabur dinding/tembok).
b) Isi biji pala ditaruh dalam keranjang kecil dan
dicelupkan dalam larutan kapur sampai 2–3 kali dengan digoyang-goyangkan
demikian rupa sehingga air kapur menyentuh semua isi biji.
c)Selanjutnya isi biji itu diletakkan menjadi
tumpukan dalam gudang untuk diangin-anginkan sampai kering. Setelah proses
pengapuran perlu diadakan pemeriksaaan terakhir untuk mencegah kemungkinan
biji-biji pala tersebut cacat, misalnya pecah yang sebelumnya tidak diketahui.
Pengawetan biji pala juga dapat dilakukan dengan
teknologi baru, yakni dengan fumigasi dengan menggunakan zat metil bromida (CH3
B1) atau karbon bisulfida (CS2).
Pengeringan Bunga Pala (Fuli)
Fuli dijemur pada panas matahari secara
perlahan-lahan selama beberapa jam, kemudian diangin-anginkan. Hal ini
dilakukan berulang-ulang sampai fuli itu kering. Warna fuli yang semula merah
cerah, setelah dikeringkan menjadi merah tua dan akhirnya menjadi jingga.
Dengan pengeringan seperti ini dapat menghasilkan fuli yang kenyal (tidak
rapuh) dan berkualitas tinggi sehingga nilai ekonomisnya puntinggi pula.
Pemecahan Tempurung Biji
Pemecahan tempurung biji pala dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu:
a) Dengan tenaga manusia
Cara memecah tempurung dari biji pala dilakukan
dengan cara memukulnya dengan kayu sampai tempurung tersebut pecah. Cara
memecah tempurung biji pala memerlukan keterampilan khusus, sebab kalau tidak
isi biji akan banyak yang rusak (pecah) sehingga kulitasnya turun.
b) Dengan mesin
Cara ini banyak digunakan petani pala. Secara
sederhana dapat diterangkan bahwa mekanisme kerja dan alat ini sama dengan yang
dilakukan oleh manusia, yakni bagian tertentu dari mesin menghancurkan kulit
buah pala sehingga yang tinggal adalah isi bijinya. Keuntungan dari penggunaan
mesin adalah tenaga, waktu dan biaya operasionalnya dapat ditekan. Disamping
itu kerusakan mekanis dari isi biji juga lebih kecil.