"Kelor Seed as Water
Cleanser"
SEMARANG,
KOMPAS.com — Adinda Alifiansi Candra Dewi (18), siswi kelas XII Jurusan Farmasi
SMK Theresiana Semarang, tak pernah menyangka penelitiannya berbuah medali emas
di Taiwan. Awalmya Ia Mengaku sempat minder, tetapi akhirnya mampu mengharumkan
nama Indonesia pada lomba riset tingkat SMA Asia-Pacific Conference of Young
Scientist (APCYS) ketiga di Taiwan.
Berada di ajang internasional,
bagi Adinda, merupakan pengalaman berharga dan luar biasa. Dengan penelitiannya
itu, ia juga bisa memperkenalkan biji kelor dengan nama Latin Moringa Oleivera yang banyak ditemukan di Indonesia.Saat
presentasi, ia juga membawa contoh berupa biji kelor kering untuk
diperlihatkan. Terdapat tujuh negara yang turut serta pada ajang tersebut,
yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Taiwan, Korea, dan Guam.
Penelitiannya yang berjudul "Kelor Seed as Water Cleanser" membuat Adinda
menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia yang meraih emas di ajang itu.
"Enggak pernah terpikir bisa dapat emas karena yang lain penelitiannya
juga keren-keren," kata dia saat ditemui di SMK Theresiana, Jalan Gajah
Mada, Semarang, Selasa (26/8/2014).
Adinda menceritakan,
penelitiannya berawal dari kegalauannya melihat sungai-sungai yang kotor di
tengah Kota Semarang. Terlebih lagi, warga di sekitar sungai tersebut tidak
bisa mendapatkan pasokan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Padahal, air bersih merupakan kebutuhan utama masyarakat.
Adinda kemudian melakukan
penelitian tentang biji kelor tersebut dengan dibantu guru pembimbingnya,
Shierly Veronica Mayasari. Adinda mengatakan, awalnya biji kelor yang akan
digunakan itu dikeringkan terlebih dahulu. Kemudian dihaluskan atau diblender
dan disaring hingga menjadi serbuk yang halus.
Adinda menjelaskan, biji kelor
yang sudah menjadi bubuk itu bisa untuk menjernihkan air. yakni 30 mg untuk
satu liter air dengan waktu lebih efektif hanya satu jam. . Untuk
menjernihkannya, serbuk tersebut dimasukkan ke dalam air kemudian diaduk.
Pertama yakni diaduk dengan kecepatan 100 rpm selama 15-20 menit, kemudian
lebih pelan sekitar 15rpm dengan waktu yang sama. Terkait kecepatan dalam
mengaduk, jika tidak ada alat pengukur kecepatan, bisa dilakukan dengan
mengira-ira.
Setelah itu, air akan berubah
menjadi jernih, dan kotoran-kotoran air akan mengendap di bagian bawah sehingga
mudah diambil. Sedangkan jika air itu bercampur minyak, serbuk biji kelor akan
memisahkan minyak di bagian atas. Setelah dilakukan penyaringan,
air akan menjadi jernih dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga.
Untuk air yang lebih banyak, takaran serbuk biji kelor tinggal disesuaikan
saja. "Kalau untuk diminum langsung butuh waktu sekitar 70 menit, tapi
harus ada ujicoba di laboratorium untuk kandungan bakterinya.
Selain mudah dilakukan, biji
kelor atau tanaman kelor juga mudah didapatkan. Selama ini masyarakat juga
belum banyak tahu apa manfaat biji-biji kelor tersebut. Ia berharap apa yang
dilakukan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat. Dengan penelitian itulah
akhirnya Adinda mendapatkan prestasi yang sangat membanggakan dan mengharumkan
nama Indonesia. Dia meraih medali emas
pada lomba riset tingkat SMA Asia-Pacific
Conference of Young Scientist (APCYS) ke-3 di Taiwan pada 18-22 Agustus
2014.